Kitab Perjalanan

Jumat, 28 Mei 2010

Doa Ibu tak Pernah Ganti

Ibu, engkau duduk di hadapanku.
Ibu tak bisa mati dalam hidupku.
Sampai larut malam usia wadagku
nanti, Ibu memanggang cintaku.


Pandangan mata Ibu tak menagih
apapun. Tapi aku akan menyicil bayar-
an demi bayaran, dalam perdagangan
dengan Tuhan yang aneh.


Doa Ibu tak pernah ganti. “Allah
perkenankan dan kurung anakku dalam
ijaah-Mu untuk berdiri membela kaum
fakir miskin.Allah, istaqim aladi,
tegakkan kaki anakku.Allah nawwir

qalbuhu,cahayai hatinya. Allah pe-

lihara imannya. Isikan tawakkal dan
sabar di dadanya. Allah penjaga waktu
dan ruang. Allah pengangon hari dan
malam.Alladzi la tudrikuhul-abshar

wa-huwa yudrikul-abshar.Allah yang
tak terlihat, yang melihat, yang me-
nyediakan segala hal tak terduga....”

Doa Ibu mengangkat tanganku untuk menampar mukaku sendiri yang hina. Doa Ibu lugu dan sungguh-sungguh. Ibu tak tahu slogan, dan manusia tak
bisa menyelenggarakan pameran
apapun di hadapan Tuhan. Doa Ibu
memantulkan hidup Ibu. Kata-kata ibu
memproyeksikan keringat Ibu.

Ibu duduk di hadapanku. Desa kita dan
dunia berkecamuk di antara kita.
Airmuka Ibu selalu bertanya apakah

anak-anak Ibu bukan beberapa lembar
daun kering yang melayang-layang
disebul angin. anak-anak Ibu harus
menjawab, dan anak-anak Ibu belum
makin mampu untuk menjawab.
-EAN-

Tidak ada komentar: